MEMAKNAI HUJAN
Hujan di suatu petang
kita berlari-lari riang
bercerita tentang mentari
tentang pelangi, bulan dan bintang
riuh yang merungkai kalam hati
langit petang tidak pernah berdusta
jika hujan; maka hujanlah
jika kemarau; maka kemaraulah
demikian lahiriah kehidupan tercipta.
Ah!
tapi mengapa?
rintik-rintik hujan berjaruman menimpa tanah, singgah di kakiku lencun
sedikit pun belum memadam nanah membusuk sarat
suara itu memetir membelah bumi
ranap harapan untuk menjahit
carik luka yang terkesan lamanya
sungguh; dalam gigil sukarnya kulukis kuntuman senyum tatkala rawan mengunci
kemuncak rindu kita.
Mujur ada pelangi
indah warnamu cintaku berputik
aku mendongak mencari sinar harapan
pada jaluran pelangi
andai saja aku bisa berlari
membalut tubuh dengan tujuh warnamu
jalur merah menjadi pilihanku
kerana aku tahu itulah warna hatimu dan hatiku.